Monday, July 17, 2017

Earth, Brick and Stone. Bagian 2: First Days in Nepal

Ini adalah bagian kedua dari cerita tentang perjalanan saya bekerja membantu pembangunan di Nepal menjalankan projek dari Engineers Without Borders, Juli 2017 lalu

Bagian 1: klik di sini
Bagian 2: klik di sini
Bagian 3: klik di sini
Bagian 4: klik di sini
Bagian 5: klik di sini





Hari kedua setelah kedatangan kami ke Nepal baru saja terlewati. Setelah melalui 15 jam perjalanan dan antrian visa yang panjang, kami tiba di Patan, daerah yang akan kami tinggali yang terletak di lembah Kathmandu. Sepintas, kondisi perkotaan Nepal mirip dengan kota-kota sedang di Indonesia. Iklimnya cukup hangat untuk membuat berkeringat di siang hari, dan makanannya cukup pedas namun tidak sepedas makanan Indonesia pada umumnya.


Paket nasi, sayuran, kacang lentil, dan sambal (Dal Bhat) dan lassie (semacam yoghurt) sebagai minuman.


Setelah beristirahat semalam, saya dan Johan menuju kantor Build up Nepal, yang terletak sekitar 500 meter dari hotel. Kami bertemu direktur Build up Nepal, Björn Söderberg. Dia memberikan beberapa informasi mengenai BuN. Didirikan belum sampai 2 tahun lalu sebagai usaha rehabilitasi dan perbaikan pasca gempa bumi Gorkha di 2015. Walau Björn adalah orang Swedia, ternyata dia telah tinggal di Nepal selama 16 tahun! BuN sampai saat ini telah membantu pembangunan dan rehabilitasi di 50 tempat berbeda. Saya rasa waktu 1 bulan tidak akan cukup bagi saya untuk menuju semua tempat tersebut. Setelah melihat kantor BuN dan workshop-nya, kami berdiskusi mengenai masalah-masalah yang sering dihadapi dan bagaimana kami akan mengatasinya.

Metode utama yang dilakukan BuN dalam membantu pembangunan adalah dengan mengirimkan mesin kompresi CSEB ke desa terpencil, lalu melatih warga lokal bagaimana membangun rumah menggunakan CSEB. Biasanya tim BuN menghabiskan 3-7 hari di desa untuk mengantar, memasang, dan mengajari penduduk desa bagaimana memakai mesin CSEB.

Björn dan karyawan BuN menunjukkan ke kami bagaimana caranya membuat CSEB. Berikut prosesnya:

1. Tes tanah
Hal ini dilakukan untuk menentukan jumlah lempung (clay) di tanah yang akan digunakan, karena setiap daerah biasanya memiliki kandungan lempung yang berbeda. Idealnya, adonan untuk membuat CSEB mengandung 60% pasir, 10% semen, dan 30% lempung. Masalah yang dialami adalah kurangnya alat yang memadai untuk melakukan tes tersebut. Namun, tim BuN telah lama menggunakan tes sederhana yang cukup akurat untuk memperikrakan kandungan tanah.

Sebongkah tanah diambil dan ditempatkan di wadah transparan, ketinggiannya diukur. Lalu, air ditambahkan ke wadah tersebut. Batuan dan pasir akan mengendap sementara lempung akan larut dalam air. Air (dengan lempung) dibuang. Proses ini diulang berulang kali hingga air di wadah menjadi transparan, menandakan ketiadaan lempung di tanah sampel tanah. Dari situ kandungan pasir bisa diketahui dari tinggi sisa sampel tanah yang ada, dan kandungan lempung dengan mengukur ketinggian sampel tanah yang terbuang. Dari situ, tinggal ditambahkan pasir atau lempung dan semen sesuai kebutuhan.

Tes tanah


Pengalaman lucu yang saya alami: karyawan BuN berdebat mengenai tes tersebut saat menunjukannya kepada kami. Yang satu adalah karyawan senior di BuN, satu lagi adalah seorang fresh graduate yang hari itu adalah hari pertamanya bekerja

2. Pencampuran
Setelah jumlah pasir, tanah, dan semen yang diperlukan diketahui, semua dicampur dan diaduk. Proses pencampuran dilakukan dengan cara mengaduk semua bahan dengan tangan sambil sedikit demi sedikit menambah air. Seharusnya pencampuran menggunakan alat seperti mixer elektrik. Namun kebanyakan desa tidak memiliki akses ke daya listrik yang besar, sehingga digunakanlah tenaga manusia. Selama proses pencampuran, harus dipastikan bahwa tidak ada semen atau lempung yang membentuk gumpalan.

Proses pencampuran


3. Melakukan kompresi
Adonan dimasukkan ke cetakan yang ada di mesin Setelah beberapa pengaturan, tuas yang ada di mesin ditarik, menyebabkan adonan terkompresi dengan tekanan tinggi...dan jadilah: CSEB!

Compressed Stabilised Earth Brick, fresh from the machine!

CSEB harus diperlakukan dengan hati-hati, karena CSEB yang asih "basah" sangat rapuh. Baru setelah beberapa hari, CSEB akan mengeras dan mencapai kekuatan optimal di hari ke 21.


         CSEB disusun di tempat yang sejuk dan dijaga kelembabannya hingga hari ke 21


Lalu, Björn membawa kami ke workshop BuN dan menjelaskan beberapa masalah dan hal-hal yang perlu diperbaiki. Di 50 desa yang mereka layani, paling tidak ada 1 mesin CSEB. BuN memiliki 1 mekanik utama bernama Kabi. Kabi memiliki keahlian yang bukan main di bidang mekanik. Dia sangat lihai dalam memperbaiki mesin. Masalahnya, workshop yang ada di BuN saat ini berantakan dan kekurangan beberapa alat penting seperti meja las. Jadi, tugas pertama kami adalah berdiskusi dengan Kabi untuk merancang workshop yang efisien dan nyaman bagi Kabi.

Masalah utama lainnya: engineer yang bekerja di lapangan kebanyakan adalah civil engineer. Mereka tahu betul tentang konstruksi dan bangunan, namun hampir tidak tahu apa-apa mengenai mesin. Saat ada masalah dengan mesin CSEB, walaupun masalahnya kecil, mereka tidak bisa dan tidak berani melakukan apa-apa. Mereka biasanya memanggil teknisi dari kantor pusat BuN untuk datang ke lapangan dan memperbaikinya. Namun, dibutuhkan 12 jam dari kantor BuN di Patan untuk mencapai 1 desa, dan hanya sekitar 15 menit untuk memperbaiki mesinnya! Jadi 1 masalah di mesin memakan waktu paling tidak 2 hari bolak-balik untuk diperbaiki. Jadi, kami berencana membuat semacam daftar masalah-masalah yang sering terjadi beserta penyelesaiannya sehingga orang di lapangan bisa memperbaiki mesin tanpa harus memanggil orang dari BuN. Langkah pertama adalah dengan melakukan diskusi dengan engineer di lapangan dan di kantor pusat BuN.

Menjelaskan masalah umum di mesin CSEB



No comments:

Post a Comment

Earth Brick and Stone: Workshop Frenzy